Inginku mulai sebuah cerita,
Bukanlah dongeng tapi berada,
Kisah Islam pada nama,
Tapi tidak pada cara.
Bisa kata tanda bicara,
Pedih di hati tak siapa tahu,
Saya bernama Nur Musliha,
Cebisan dipakai tanpa malu.
Burung pungguk rindukan bulan,
Bunga mawar tajam berduri,
Ayah namakan aku Azman,
Tapi tanganku panjang mencuri.
Kilauan emas memikat jiwa,
Kabur akal diri merana,
Manis namaku itulah Hawa,
Kata dustaku sini dan sana
Buai-buai si anak kera,
Pisang di tangan terlepas jatuh,
Pagi malamku sibuk berzina,
Aku la Kamal seorang jaguh.
Dari selatan menuju Patani,
Hajat terhenti aral melintang,
Cantik parasku, bernama Murni,
Arakku minum tanpa berpantang.
Inilah kisah si muda dan mudi,
Namanya indah berbaur suci,
Alangkah elok nama diberi,
Cara Islami jadi Amali.
Bisa kata tanda bicara,
Pedih di hati tak siapa tahu,
Saya bernama Nur Musliha,
Auratku tertutup terhindar nafsu
Burung pungguk rindukan bulan,
Bunga mawar tajam berduri,
Ayah namakan aku Azman,
Dermawan aku tidak terganti.
Kilauan emas memikat jiwa,
Kabur akal diri merana,
Manis namaku itulah Hawa,
Kejujuranku menawan teruna.
Buai-buai si anak kera,
Pisang di tangan terlepas jatuh,
Siang beramal malam berjaga,
Akulah Kamal seorang jaguh.
Dari selatan menuju Patani,
Hajat terhenti aral melintang,
Cantik parasku, bernama Murni,
Halal kudekati yang haram pantang.
Nama diberi suatu cita,
Zuriat diharap berakhlak mulia,
Ayahanda bonda harus berusaha,
Agar anaknya seiring agama.
P/S: Tiada kena mengena dengan yang masih hidup ataupun yang telah tiada. Nama yang digunakan hanya sebagai contoh.
Pedih di hati tak siapa tahu,
Saya bernama Nur Musliha,
Cebisan dipakai tanpa malu.
Burung pungguk rindukan bulan,
Bunga mawar tajam berduri,
Ayah namakan aku Azman,
Tapi tanganku panjang mencuri.
Kilauan emas memikat jiwa,
Kabur akal diri merana,
Manis namaku itulah Hawa,
Kata dustaku sini dan sana
Buai-buai si anak kera,
Pisang di tangan terlepas jatuh,
Pagi malamku sibuk berzina,
Aku la Kamal seorang jaguh.
Dari selatan menuju Patani,
Hajat terhenti aral melintang,
Cantik parasku, bernama Murni,
Arakku minum tanpa berpantang.
Inilah kisah si muda dan mudi,
Namanya indah berbaur suci,
Alangkah elok nama diberi,
Cara Islami jadi Amali.
Bisa kata tanda bicara,
Pedih di hati tak siapa tahu,
Saya bernama Nur Musliha,
Auratku tertutup terhindar nafsu
Burung pungguk rindukan bulan,
Bunga mawar tajam berduri,
Ayah namakan aku Azman,
Dermawan aku tidak terganti.
Kilauan emas memikat jiwa,
Kabur akal diri merana,
Manis namaku itulah Hawa,
Kejujuranku menawan teruna.
Buai-buai si anak kera,
Pisang di tangan terlepas jatuh,
Siang beramal malam berjaga,
Akulah Kamal seorang jaguh.
Dari selatan menuju Patani,
Hajat terhenti aral melintang,
Cantik parasku, bernama Murni,
Halal kudekati yang haram pantang.
Nama diberi suatu cita,
Zuriat diharap berakhlak mulia,
Ayahanda bonda harus berusaha,
Agar anaknya seiring agama.
P/S: Tiada kena mengena dengan yang masih hidup ataupun yang telah tiada. Nama yang digunakan hanya sebagai contoh.
0 comments:
Post a Comment