Sebagaimana seorang lelaki berhak memilih wanita yang memiliki sifat-sifat yang baik, akhlak yang mulia, dan adab yang tinggi, maka seorang wanita juga berhak memilih lelaki yang soleh dan memiliki sifat yang baik.
1. Agama
Rasulullah saw bersabda:
"Jika datang kepada kalian orang yang kalian redhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan puteri-puteri kalian). Jika kalian tidak melakukan hal itu, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerosakan yang meluas."
:: HR Tarmizi. Hadis ini hasan ::
Pesanan dari penulis:
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki yang selalu melaksanakan kemaksiatan.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki yang suka meminum khamr.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki yang suka bermain judi.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki yang memakan harta riba.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki yang menyediakan (menyuguh) minuman keras.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki yang suka menerima wang suap.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki yang suka meninggalkan solat.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki tukang sihir.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki musyrik.
- Janganlah kalian menikah dengan lelaki yang mencela agama Islam.
Orang-orang yg soleh selalu menawarkan puteri-puteri mereka kepada orang yg soleh juga. Allah swt telah menceritakan tentang kisah orang soleh di kalangan kaum Madyan (maksudnya Nabi Syua'ib) yang telah menawarkan puterinya kepada Nabi Musa as.
Allah swt berfirman:
" Dan ketika dia sampai di telaga air negeri Madyan, ia dapati di situ sekumpulan orang-orang lelaki sedang memberi minum (binatang ternak masing-masing), dan ia juga dapati di sebelah mereka dua perempuan yang sedang menahan kambing-kambingnya. dia bertanya: "Apa hal kamu berdua?"
Mereka menjawab: "Kami tidak memberi minum (kambing-kambing kami) sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya".
Maka Musa pun memberi minum kepada binatang-binatang ternak mereka, kemudian ia pergi ke tempat teduh lalu berdoa dengan berkata: "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku sangat berhajat kepada sebarang rezeki pemberian yang Engkau berikan". Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata: "Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami".
Maka ketika Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian yang berlaku (mengenai dirinya) berkatalah orang tua itu kepadanya: "Janganlah engkau bimbang, engkau telah selamat dari kaum yang zalim itu".
Salah seorang di antara perempuan yang berdua itu berkata: "Wahai ayah, ambillah dia menjadi orang upahan (mengembala kambing kita), sesungguhnya sebaik-baik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi amanah".
Bapa perempuan itu berkata (kepada Musa): "Aku hendak mengahwinkanmu dengan salah seorang dari dua anak perempuanku ini, dengan syarat bahawa engkau bekerja denganku selama delapan tahun; dalam pada itu, jika engkau genapkan menjadi sepuluh tahun, maka yang demikian itu adalah dari kerelaanmu sendiri. Dan (ingatlah) aku tidak bertujuan hendak menyusahkanmu; engkau akan dapati aku Insya Allah, dari orang-orang yang baik layanannya".
Musa menjawab: "Perjanjian itu adalah antaraku denganmu (tetap dihormati bersama); yang mana sahaja dari dua tempoh itu yang aku tunaikan, maka janganlah hendaknya aku disalahkan. Dan Allah jualah menjadi Pengawas terhadap apa yang kita katakan itu".
:: Al-Qashash: 23-28 ::
2. Akhlak
Sifat yang harus diperhatikan dalam memilih suami adalah akhlak yang baik. Seorang wanita muslimah harus berusaha keras untuk mendapatkan kepastian bahawa lelaki yang hendak meminangnya adalah lelaki yang berakhlak mulia.
3. Ketampanan
Ketampanan yang terdapat pada seorang lelaki dapat menyebabkan isterinya akan menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Demikianlah sebab pada hakikatnya setiap manusia memiliki tabiat cinta kepada keindahan dan benci kepada keburukan. Sebagaimana yang diketahui , wajah yang buruk dan penampilan yang tidak menarik terkadang dapat menimbulkan ketidaksenangan dalam hati isteri, walaupun suaminya itu seorang yg soleh, baik, bertaqwa, dan suci.
Suatu hari isteri Tsabit bin Qais bin Syamas ra melihat suaminya pulang bersama beberapa orang lelaki. Dia menyedari bahawa ternyata suaminya adalah org yg memiliki tubuh plg rendah dan wajah paling buruk di antara mereka.
Maka dia mendatangi Rasulullah saw lalu dia berkata:
"Wahai Rasulullah, aku tidak menganggap buruk akhlak dan agamanya (Tsabit bin Qais). Akan tetapi aku membenci kekufuran dalam Islam*."
Rasulullah saw bersabda: "Apakah kamu mahu mengembalikan kebun miliknya?"
Wanita itu menjawab:
"Ya."
Rasulullah saw pun bersabda kepada Tsabit:
"Terimalah kebun itu, dan ceraikanlah dia dengan talak satu!"
:: HR Bukhari dan Nasa'i ::
*Kekufuran di sini bermaksud tidak menunaikan hak suami yang seharusnya.
4. Usia
Calon suami yang dipilih sebaiknya adalah seorang pemuda. Seorang pemuda yang belum pernah menikah lebih baik daripada lelaki yang tua yang telah merasa bosan kepada sejumlah wanita, dan wanita-wanita itu pun telah bosan kepadanya. Selain itu, lelaki yang sudah tua juga akan memiliki hasrat seksual yang lemah dan sedikit bercanda atau bermain-main.
Seorang wanita yang masih muda biasanya akan menganggap lelaki yang sudah tua sebagai ayah atau paling tidak datuknya. Keadaan ini merupakan salah satu faktor penghambat yang sering merintangi jalan seorang menuju "gerbang" pernikahan.
Wasiat untuk para wanita dalam memilih calon suami
Pada masa sekarang ini , banyak sekali pemuda yang terburu-buru untuk menikah setelah terjalin batin (baca:cinta) antara mereka dan remaja puteri. Padahal yang lebih utama untuk dilakukan adalah hendaknya salah seorang antara mereka memanjangkan masa pengamatannya terhadap sifat-sifat wanita yang ingin dinikahi. Demikian pula sebaliknya, seorang remaja puteri juga hendaknya memanjangkan masa pengamatannya terhadap sifat-sifat lelaki yng ingin menikahinya. Selain itu juga dia harus bertanya kepada ayah, ibu, dan saudara maranya, serta orang-orang yang sudah bernikah, sebab cinta dapat membuat penglihatan seseorang buta dan pendengarannya tuli.
5. Nasab
Seorang wanita juga harus memperhatikan terlebih dahulu status dan nasab calon suaminya. Pentingnya masalah ini mungkin tidak akan dirasakan oleh seorang wanita kecuali setelah dia melahirkan seorang anak, sbb seorang wanita mungkin tidak banyak terpengaruh oleh kondisi keluarga suaminya yang rosak ataupun akhlak mereka yang tidak baik. Akan tetapi, ketika dia telah dikurniakan anak, mungkin dia dapat merasa ada faktor luar yg dpt mempengaruhi tingkahlaku dan peribadi anaknya itu.
Kafaa'ah antara suami isteri
Yang dimaksudkan dengan kafaa'ah adalah kesamaan atau kesepadanan latar belakang antara suami dan isteri, baik dalam komitmen beragama, akhlak, lingkungan sosial, mahupun harta. Para ahli fekah telah menganggap penting faktor kafaa'ah. Sebahagian dari mereka memberi faktor yang banyak, sedangkan sebahagian hanya memberikan satu syarat (persamaan dalam komitmen beragama).
Kesepadanan antara suami dan isteri dalam hal komitmen keagamaan, akhlak, status sosial, nasab, profesi, sama-sama merdeka, dari keluarga muslim, dan tidak cacat, merupakan perkara yg sangat penting. Meskipun demikian, hal itu hanya disunnahkan dan tidak dianggap sebagai syarat sah akad nikah.
Meninjau realiti yang ada pada masa kini, dapat disimpulkan bahawa lemahnya komitmen keagamaan dan banyak kejadian maksiat telah menuntut kita untuk memperhatikan kafaa'ah dalam hal-hal yg lain. Bagi masyarakat terdahulu, komitmen keagamaan telah menjadi faktor yang dapat menutupi setiap aib. Ini berbeza dengan realiti pada zaman sekarang, di mana kita sering melihat banyak perselisihan atau penceraian antara suami isteri kerana seorang isteri lebih tinggi status sosial, pendidikan dan harta berbanding dengan suaminya.
Sebagai contoh, seorang isteri yang bekerja sebagai seorang doktor tidak layak untuk berkahwin dengan tukang sapu atau tukang kasut. Ini disebabkan perbezaan dari tingkat mental, dan keilmuan. Selain itu, juga disebabkan kerana tingkat kepatuhan wanita kepada suaminya relatif rendah, sehingga ketika seorang wanita memiliki kedudukan yang tinggi, harta yang banyak, dan tingkat keilmuan yang tinggi, biasanya dia tidak mahu patuh kepasa lelaki (suaminya) yang kedudukannya lebih rendah darinya. Meskipun pada awal perkahwinan, dia patuh kepada suaminya, tetapi ketika menghadapi kesulitan dalam rumah tangga, sifat aslinya akan terlihat jelas.
Previous Entry: Mengapa aku bernikah/berkahwin?
Siapa yang engkau nikahi? (Memilih Isteri)
Next Entry: Proses Pernikahan (Sebelum Meminang)
Allah swt berfirman:
" Dan ketika dia sampai di telaga air negeri Madyan, ia dapati di situ sekumpulan orang-orang lelaki sedang memberi minum (binatang ternak masing-masing), dan ia juga dapati di sebelah mereka dua perempuan yang sedang menahan kambing-kambingnya. dia bertanya: "Apa hal kamu berdua?"
Mereka menjawab: "Kami tidak memberi minum (kambing-kambing kami) sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya".
Maka Musa pun memberi minum kepada binatang-binatang ternak mereka, kemudian ia pergi ke tempat teduh lalu berdoa dengan berkata: "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku sangat berhajat kepada sebarang rezeki pemberian yang Engkau berikan". Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata: "Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami".
Maka ketika Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian yang berlaku (mengenai dirinya) berkatalah orang tua itu kepadanya: "Janganlah engkau bimbang, engkau telah selamat dari kaum yang zalim itu".
Salah seorang di antara perempuan yang berdua itu berkata: "Wahai ayah, ambillah dia menjadi orang upahan (mengembala kambing kita), sesungguhnya sebaik-baik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi amanah".
Bapa perempuan itu berkata (kepada Musa): "Aku hendak mengahwinkanmu dengan salah seorang dari dua anak perempuanku ini, dengan syarat bahawa engkau bekerja denganku selama delapan tahun; dalam pada itu, jika engkau genapkan menjadi sepuluh tahun, maka yang demikian itu adalah dari kerelaanmu sendiri. Dan (ingatlah) aku tidak bertujuan hendak menyusahkanmu; engkau akan dapati aku Insya Allah, dari orang-orang yang baik layanannya".
Musa menjawab: "Perjanjian itu adalah antaraku denganmu (tetap dihormati bersama); yang mana sahaja dari dua tempoh itu yang aku tunaikan, maka janganlah hendaknya aku disalahkan. Dan Allah jualah menjadi Pengawas terhadap apa yang kita katakan itu".
:: Al-Qashash: 23-28 ::
2. Akhlak
Sifat yang harus diperhatikan dalam memilih suami adalah akhlak yang baik. Seorang wanita muslimah harus berusaha keras untuk mendapatkan kepastian bahawa lelaki yang hendak meminangnya adalah lelaki yang berakhlak mulia.
3. Ketampanan
Ketampanan yang terdapat pada seorang lelaki dapat menyebabkan isterinya akan menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Demikianlah sebab pada hakikatnya setiap manusia memiliki tabiat cinta kepada keindahan dan benci kepada keburukan. Sebagaimana yang diketahui , wajah yang buruk dan penampilan yang tidak menarik terkadang dapat menimbulkan ketidaksenangan dalam hati isteri, walaupun suaminya itu seorang yg soleh, baik, bertaqwa, dan suci.
Suatu hari isteri Tsabit bin Qais bin Syamas ra melihat suaminya pulang bersama beberapa orang lelaki. Dia menyedari bahawa ternyata suaminya adalah org yg memiliki tubuh plg rendah dan wajah paling buruk di antara mereka.
Maka dia mendatangi Rasulullah saw lalu dia berkata:
"Wahai Rasulullah, aku tidak menganggap buruk akhlak dan agamanya (Tsabit bin Qais). Akan tetapi aku membenci kekufuran dalam Islam*."
Rasulullah saw bersabda: "Apakah kamu mahu mengembalikan kebun miliknya?"
Wanita itu menjawab:
"Ya."
Rasulullah saw pun bersabda kepada Tsabit:
"Terimalah kebun itu, dan ceraikanlah dia dengan talak satu!"
:: HR Bukhari dan Nasa'i ::
*Kekufuran di sini bermaksud tidak menunaikan hak suami yang seharusnya.
4. Usia
Calon suami yang dipilih sebaiknya adalah seorang pemuda. Seorang pemuda yang belum pernah menikah lebih baik daripada lelaki yang tua yang telah merasa bosan kepada sejumlah wanita, dan wanita-wanita itu pun telah bosan kepadanya. Selain itu, lelaki yang sudah tua juga akan memiliki hasrat seksual yang lemah dan sedikit bercanda atau bermain-main.
Seorang wanita yang masih muda biasanya akan menganggap lelaki yang sudah tua sebagai ayah atau paling tidak datuknya. Keadaan ini merupakan salah satu faktor penghambat yang sering merintangi jalan seorang menuju "gerbang" pernikahan.
Wasiat untuk para wanita dalam memilih calon suami
- Janganlah kamu menikahi seorang pemuda yang suka bercanda, bermain-main, melupakan kewajipan, dan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
- Janganlah kamu menikahi seorang pemuda yang bersikap dan berperilaku menyerupai wanita.
- Janganlah kamu menikahi lelaki yang menikahinya kerana kecantikanmu sahaja , sebab jika dia melihat wanita lain yang lebih cantik darimu, maka dia pun akan meninggalkanmu dan lari kepada wanita itu.
Pada masa sekarang ini , banyak sekali pemuda yang terburu-buru untuk menikah setelah terjalin batin (baca:cinta) antara mereka dan remaja puteri. Padahal yang lebih utama untuk dilakukan adalah hendaknya salah seorang antara mereka memanjangkan masa pengamatannya terhadap sifat-sifat wanita yang ingin dinikahi. Demikian pula sebaliknya, seorang remaja puteri juga hendaknya memanjangkan masa pengamatannya terhadap sifat-sifat lelaki yng ingin menikahinya. Selain itu juga dia harus bertanya kepada ayah, ibu, dan saudara maranya, serta orang-orang yang sudah bernikah, sebab cinta dapat membuat penglihatan seseorang buta dan pendengarannya tuli.
5. Nasab
Seorang wanita juga harus memperhatikan terlebih dahulu status dan nasab calon suaminya. Pentingnya masalah ini mungkin tidak akan dirasakan oleh seorang wanita kecuali setelah dia melahirkan seorang anak, sbb seorang wanita mungkin tidak banyak terpengaruh oleh kondisi keluarga suaminya yang rosak ataupun akhlak mereka yang tidak baik. Akan tetapi, ketika dia telah dikurniakan anak, mungkin dia dapat merasa ada faktor luar yg dpt mempengaruhi tingkahlaku dan peribadi anaknya itu.
Kafaa'ah antara suami isteri
Yang dimaksudkan dengan kafaa'ah adalah kesamaan atau kesepadanan latar belakang antara suami dan isteri, baik dalam komitmen beragama, akhlak, lingkungan sosial, mahupun harta. Para ahli fekah telah menganggap penting faktor kafaa'ah. Sebahagian dari mereka memberi faktor yang banyak, sedangkan sebahagian hanya memberikan satu syarat (persamaan dalam komitmen beragama).
Kesepadanan antara suami dan isteri dalam hal komitmen keagamaan, akhlak, status sosial, nasab, profesi, sama-sama merdeka, dari keluarga muslim, dan tidak cacat, merupakan perkara yg sangat penting. Meskipun demikian, hal itu hanya disunnahkan dan tidak dianggap sebagai syarat sah akad nikah.
Meninjau realiti yang ada pada masa kini, dapat disimpulkan bahawa lemahnya komitmen keagamaan dan banyak kejadian maksiat telah menuntut kita untuk memperhatikan kafaa'ah dalam hal-hal yg lain. Bagi masyarakat terdahulu, komitmen keagamaan telah menjadi faktor yang dapat menutupi setiap aib. Ini berbeza dengan realiti pada zaman sekarang, di mana kita sering melihat banyak perselisihan atau penceraian antara suami isteri kerana seorang isteri lebih tinggi status sosial, pendidikan dan harta berbanding dengan suaminya.
Sebagai contoh, seorang isteri yang bekerja sebagai seorang doktor tidak layak untuk berkahwin dengan tukang sapu atau tukang kasut. Ini disebabkan perbezaan dari tingkat mental, dan keilmuan. Selain itu, juga disebabkan kerana tingkat kepatuhan wanita kepada suaminya relatif rendah, sehingga ketika seorang wanita memiliki kedudukan yang tinggi, harta yang banyak, dan tingkat keilmuan yang tinggi, biasanya dia tidak mahu patuh kepasa lelaki (suaminya) yang kedudukannya lebih rendah darinya. Meskipun pada awal perkahwinan, dia patuh kepada suaminya, tetapi ketika menghadapi kesulitan dalam rumah tangga, sifat aslinya akan terlihat jelas.
Previous Entry: Mengapa aku bernikah/berkahwin?
Siapa yang engkau nikahi? (Memilih Isteri)
Next Entry: Proses Pernikahan (Sebelum Meminang)
0 comments:
Post a Comment